Sunday, January 22, 2012

Rhoma Irama Dan Soneta Sound Of Moeslem

Dalam sebuah pernyataannya Rhoma Irama pernah menyatakan bahwa SONETA GROUP didirikan pada tanggal 11 Desember 1970 dan dideklarasikan sebagai Sound Of Moeslem pada tanggal 13 Oktober 1973. Namun dalam Album kaset Soundtrack film Menggapai Matahari I Rhoma Irama menyatakan bahwa Soneta Group didirikan pada tanggal 13 Oktober 1973. Manakah yang benar? Keduanya bisa jadi benar karena ini adalah hak mutlak dari seorang Rhoma Irama. Kapanpun deklarasi tersebut yang pasti hingga hari ini SONETA masih tetap eksis mewarnai blantika musik di tanah air.



Adalah suatu keinginan bagi kita semua untuk mencari tahu seperti apa dan bagaimana perjalanan SONETA sejak didirikannya hingga bertahan di usia yang ke 40 tahun ini.

Tulisan ini mencoba menelusuri jejak Soneta hingga sampai pada proklamasi sebagai The Sound of Moeslem dan Voice of Islam.

Adalah seorang Irama, putra dari seorang tokoh pejuang Nasional Raden Burdah Anggrawirya dan pasangan Tuti Juariah yang dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 11 Desember 1947. Irama tumbuh dalam keluarga yang mencintai kesenian. Dari keluarga inilah Irama mendapatkan bakat seni yang kelak menjadikannya sebagai superstar musik dangdut dengan menyandang nama Rhoma Irama dan Soneta Group.

Irama (kemudian memakai nama Oma Irama) mengawali karirnya sebagai penyanyi lagu-lagu pop baik Pop dengan bahasa Sunda maupun Pop berbahasa Indonesia. Sepanjang karir didunia Pop tersebut ia terlibat bergabung dengan beberapa Group Band seperti D’Galaxi, Gayhand, Tornado, dll.

Kesuksesan sebagai seorang penyanyi belum berhasil diraih Oma Irama meskipun dengan group-group tersebut ia talah mengeluarkan beberapa album Piringan Hitam. Meskipun begitu pada tahun 1972 Oma Irama berhasil mendapat predikat juara pertama dalam ajang Festival Penyanyi se Asia (Asian Pop Singer Festival) yang diselenggaraakan di Singapura dengan membawakan lagu I would have Nothing milik Tom Jones.

Setelah berkecimpung dengan group band, Oma Irama terjun menjadi penyanyi dari musik irama melayu yang pada akhirnya mendamparkan Oma Irama pada group orkes melayu Chandraleka, El Sitara, Chandralela hingga OM Purnama. Orkes Melayu saat itu cenderung terpengaruh besar dari musik melayu Malaysia dan musik India. Untuk Malaysia P. Ramlee adalah salah satu idiom yang diikuti, sedangkan dari India adalah M. Ravi dan Latta Mangeshkar. Kesamaan ini bisa didengar pada musik dan lagu-lagu Oma Irama pada debut awalnya bernyanyi bersama Ellya Khadam seperti pada Album In dan Dip, Tukang Ramal, Jenggo dan lainnya.

Kesempatan bermain musik di dua kutub yang berbeda itu secara tidak langsung semakin mengasah kemampuan Oma Irama yang memang sejatinya sudah diberikan bakat dibidang seni oleh Allah SWT.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut Oma Irama merasa tidak nyaman bila harus terus menjadi penyanyi lepas dari beberapa group orkes melayu. Berbekal ilmu yang telah digamitnya sejak bergabung dengan group band maupun melayu ia membentuk group musik sendiri dengan nama SONETA. Meskipun belum memiliki personil tetap Oma Irama tetap memakai Soneta dalam album rekamannya dengan memakai bantuan beberapa personil OM Purnama sebagai pemusik di album tersebut.

Disinilah awal sejarah bergulir. Soneta mulai dikenal dan rutin mengeluarkan album rekaman dengan mengikutsertakan Elvy Sukaesih, penyanyi yang telah dikenal Oma Irama sejak bernaung dengan OM Purnama, pimpinan Awab Haris yang lebih dikenal sebagai Awab Purnama.

Duet Oma Irama dan Elvy Sukaesih sontak menggegerkan dunia musik melayu dengan lagu-lagu hitnya. Dengan kesuksesan tersebut Oma Irama merasa perlu untuk membentuk group permanent dengan personil tetap. Mulailah Oma bergerilya mencari pemain musik yang akan ditempanya untuk membesarkan Soneta. Nasir, Hadi, Herman, Kadir, Ayub, Riswan dan wempy adalah orang-orang yang dipilih oleh Oma untuk bergabung bersama Soneta. Oma membuat cetak biru musik Soneta yang akan berbeda dengan warna musik orkes melayu lainnya. Sebuah keberanian ditampilkan Oma tanpa sedikitpun rasa takut dengan penampilan group orkes melayu yang sudah terkenal, termasuk OM Purnama sendiri.

Dibawah bendera Remaco Soneta mengeluarkan beberapa album yang semakin melejitkan nama Oma Irama, Elvy Sukaesih dan OM Soneta. Tawaran show dari berbagai kota di Tanah Air memenuhi jadwal Soneta. Hampir semua lagu yang dibawakan Soneta menjadi hit, mandul, cinta abadi, mawar merah, pelangi, dangdut, adalah contoh beberapa lagu hit Soneta yang hingga hari ini masih menjadi hit.

Tahun 1975 Oma Irama membuat gempar dengan keluar dari bendera Remaco dan bergabung dengan Yukawi. Sebuah keputusan berani mengingat saat itu Remaco adalah perusahaan rekaman musik terbesar di Indonesia dengan barisan griup dan penyanyi top seperti Koes Plus, Bimbo, Favourites, Eddy Silitonga dan banyak lagi artis-artis top lainnya.

Dibawah Yukawi, Soneta merilis album perdana dengan judul Begadang. Dan selanjutnya berturut-turut ditahun yang sama merilis Volume 2 (Pensaran) dan Volume 3 (Rupiah). Hengkangnya Oma Irama dan Soneta ke Yukawi menimbulkan sengketa besar. Masing-masing pihak merasa berhak atas kontrak dengan Oma Irama dan Soneta. Sengketa ini kelak sampai menuju meja hijau dan perseteruan tetap berlanjut hingga tahun 1979 saat Soneta merilis album Volume 9 (Begadang 2).

Desember 1975 Oma Irama pegi menunaikan ibadah haji. Sebuah kegiatan spiritual yang saat itu sepertinya tabu dilakukan oleh seorang pemusik ataupun penyanyi. Betapa tidak, dunia musik saat itu, dimanapun adanya, dipenuhi oleh pengaruh obat terlarang, minuman keras, ganja, sex bebas dan hal-hal kegiatan hura-hura lainnya. Begitupun dengan Soneta, harus diakui, semua personil Soneta saat itu adalah pecandu minuman keras dan ganja. Seorang personil pernah bercerita bahwa Soneta pernah tampil di Tanjung Priok dengan bayaran sebaskom (wadah untuk menampung air) ganja. Soneta tidak mau tampil bila tidak ada bir yang disediakan oleh panitia. Begitupun saat rekaman, barang dan minuman haram itu kerap ikut hadir di studio. Bahkan lagu Nusa Indah konon terinspirasi dari kerinduan akan daun ganja (wallahu alam).

Kepergian Oma ke tanah suci membawa angin segar bagi Soneta untuk melangkah kearah yang lebih baik. Oma mengharamkan barang-barang terlarang tersebut bagi dirinya dan semua personil Soneta.Keputusan yang sangat mengagetkan semua personil. Penampilanpun berubah. Oma memangkas rambut gondrongnya dengan tetap menyisakan jenggot dan cambangnya, penampilan dipanggungpun berubah dengan mengunakan jubah/gamis dan surban. Penampilan Oma ini pernah dikritisi ulama karena merasa Oma melecehkan pakaian yang biasa digunakan seorang imam dan khotib di masjid untuk bernyanyi dan berjoget diatas panggung bersama biduan wanita yang tetap memakai kostum ketat yang menonjolkan lekuk tubuh.

Ditahun ini pula kebersamaan duet Oma dan elvy harus berakhir. Elvy keluar dari Soneta karena ada ketidakcocokan dengan prinsip yang ditetapkan oleh Oma Irama. Sebagai pengganti Elvy, Oma memilih Rita Sugiarto, seorang penyanyi Pop dari Semarang. Bersama Rita Soneta merilis album Soneta Volume 4 (darah Muda), Volume 5 (Musik) dan selanjutnya Volume 6 ( 135 juta). Sesuai ikrarnya untuk menjadikan Soneta sebagai The Sound of Moeslem, Oma, yang kemudian merubah namanya menjadi Rhoma Irama mulai menyelipkan lagu-lagu bermuatan dakwah seperti lagu Kematian (Volume 4), Lapar dan Nyanyian Setan (Volume 5) dan Lidah dan Pemarah (Volume 6).

Tahun 1976 Rhoma harus merelakan Kadir dan Herman keluar dari Soneta. Ketegasan Rhoma akan prinsip untuk meninggalkan minuman keras dan narkoba bagi seluruh personil Soneta tampaknya belum bisa diterima sepenuhnya oleh Herman dan Kadir. Secara sembunyi-sembunyi keduanya masih sering mengkonsumsi minuman keras tersebut. Mereka keluar pada saat Soneta show di Jawa timur hingga akhirnya untuk kewajiban dua show berikutnya formasi berubah, Rhoma Irama tampil sebagai pemain bass dan menyanyi, sementara gendang dimainkan oleh Ayub.

Untuk menggantikan Kadir dan Herman, Rhoma Irama memilih dua orang pemusik dari Group Band Gavilas dari Banyuwangi yaitu Pongky dan Chovif. Pongky, selanjutnya dikenal sebagai Popong memainkan bass, sedangkan Chovif yang drummer bertugas memainkan gendang menggantikan Kadir.

Suntikan dua musisi rock ini sedikit banyak mempengaruhi penampilan musik Soneta. Ini bisa dilihat pada album berikutnya yaitu Soneta Volume 7 (Santai). Rhoma menyebut album ini sebagai funky dangdut. Hal ini begitu kentara pada lagu Santai yang menampilkan corak musik berbeda dengan musik pada lagu-lagu sebelumnya. Tak lupa Rhoma kembali menyelipkan lagu dakwah di volume ini yaitu lagu Keramat dan Banyak Jalan menuju Roma.

Ditahun ini pula Rhoma Irama dan Soneta merambah dunia perfilman. Berturut-turut Rhoma tampil membintangi film Penasaran dan Gitar Tua. Pada setiap film tersebut dirilis pula album Soundtrack filmnya.(sumber sonetamania)

No comments:

Post a Comment